Yunda menggoyangkan kepalanya ke
kiri dan ke kanan. Di tangannya tergenggam sebuah smartphone putih yang
terhubung melalui kabel ke telinganya. Sejak lima belas menit yang lalu, Yunda
membunuh waktu menunggunya hingga halte berikut dengan mendengar lagu. Lagu-lagu
lawas Indonesia yang membuatnya semakin kangen pada kampung halamannya itu.
Smarphone pada genggamannya
tiba-tiba menyala. Notofikasi dari sebuah pesan yang masuk ke e-mailnya. Yunda
mengerjapkan kedua matanya yang sebelumnya tertutup saat mendengarkan lagu.
Dinyalakannya pengaktif touchscreen pada smartphone-nya kemudian dibukanya
pesan itu. Dari Agy.
Yun, si Todi udah nikah! Kemaren tanggal 12 waktu Indonesia. Gue juga
baru denger berita ini pas kepoin facebook-nya. Lu musti buka facebook dia dan
labrak langsung, Yun.
Terlihat sebuah attachment terlampir
bersama pesan dari Agy tersebut. Yunda yakin attachment itu berisi foto yang
baru saja didapatkan Agy dari facebook Todi. Yunda sama sekali tidak berniat
untuk membuka attachment itu.
Sepotong hatinya terasa nyeri
saat mendengar berita yang benar-benar fresh
bagi otaknya itu. Todi, masa lalunya saat masih di Indonesia, akhirnya
memutuskan untuk menikah. Tentunya bukan dengan dirinya.
Todi sempat mengusulkan untuk
Long Ditstance Relationship saat Yunda memutuskan untuk mengambil beasiswa ke Turki yang ditawarkan padanya. Namun
Yunda menolak. Ada sebagian dari dirinya yang tidak ingin membuat Todi menunggu
terlalu lama. Karena baginya pergi ke Korea adalah mengejar impiannya. Dia
tidak cukup kejam untuk membiarkan Todi menunggunya selama itu. Karena itu, dia
memutuskan untuk melepaskan Todi.
Yunda melepaskan kedua
earphone-nya. Di bukanya facebook milik Todi seperti perintah Agy barusan.
Dilihatnya Todi bersama sang istri tengah berfoto bahagia, berdampingan bak
seorang putra sultan dan istrinya.
Tidak perlu melabrak Todi seperti
kata Agy. Baginya tidak masalah jika Todi menikah dengan gadis lain tanpa
memberi berita sama sekali pada Yunda. Dia sendiri yang mengijinkan Todi untuk
melepasnya, begitupun yang dia harapkan dari Todi pada dirinya.
“Aku senang kau telah memutuskan
untuk mengucapkan janji suci bersama istrimu itu,” Yunda bergumam seraya
membelai foto virtual Todi di smartphone-nya. “Setidaknya kita berdua bahagia
dalam kamus kita masing-masing.” Yunda tersenyum. “Tuhan telah menjaga kita
dengan caranya. Mungkin kita tidak akan pernah menyadarinya jika Tuhan tidak
memisahkan kita dengan cara ini. Jagalah janji sucimu bersama istrimu, dan aku
akan berjanji untuk menjaga janji suciku dengan suamiku kelak.”